Senyawa Baru Menjanjikan dalam Membalikkan Gejala Alzheimer pada Tikus

4

Sebuah senyawa kimia yang baru ditemukan telah menunjukkan potensi untuk membalikkan gejala Alzheimer dalam uji coba pada hewan, menawarkan secercah harapan dalam pencarian pengobatan yang efektif. Para peneliti sekarang bersemangat untuk melanjutkan uji klinis pada manusia menyusul hasil yang menjanjikan pada model penyakit pada tikus.

Tantangan Plak Alzheimer dan Beta-Amyloid

Penyakit Alzheimer ditandai dengan penurunan kognitif progresif, sering kali dikaitkan dengan akumulasi plak beta-amiloid di otak. Meskipun peran sebenarnya dari plak ini masih diperdebatkan—apakah itu menyebabkan penyakit atau sekadar gejala—plak ini tetap menjadi target utama intervensi terapeutik.

Perawatan Alzheimer saat ini terutama berfokus pada pengelolaan gejala daripada mengatasi penyebab yang mendasarinya. Hal ini mendorong penelitian intensif terhadap obat-obatan yang dapat mengatasi penyakit ini hingga ke akar-akarnya.

Cara Kerja Senyawa Baru: Regulasi Tembaga

Senyawa baru ini bekerja dengan secara selektif menghilangkan kelebihan tembaga dari plak beta-amiloid. Ion tembaga telah diidentifikasi sebagai kontributor agregasi plak ini, dengan ketidakseimbangan homeostasis tembaga yang berpotensi memperburuk proses penyakit.

Ahli biokimia Giselle Cerchiaro dari Federal University of the ABC (UFABC) di Brazil menjelaskan, “Penelitian telah menunjukkan bahwa mutasi genetik dan perubahan enzim yang mempengaruhi transportasi tembaga dapat menyebabkan penumpukannya di otak, sehingga mendorong pembentukan plak.”

Namun, penting untuk dicatat bahwa beberapa pasien Alzheimer sebenarnya mengalami kekurangan tembaga; senyawa ini dirancang untuk mereka yang memiliki kelebihan tembaga.

Dari Pemutaran Virtual hingga Uji Coba pada Hewan

Tim peneliti pertama-tama menyaring sembilan senyawa – delapan imina dan satu berbasis kuinolin – menggunakan simulasi komputer. Simulasi mengidentifikasi tiga kandidat (L09, L10, dan L11) yang berpotensi melewati sawar darah-otak dan diberikan sebagai pil.

Tes laboratorium mengungkapkan bahwa L11 beracun bagi sel-sel otak, memperburuk stres oksidatif. Sebaliknya, L09 dan L10 menunjukkan toksisitas rendah dan melindungi sel dari kerusakan.

Senyawa L10 kemudian menonjol selama uji coba pada tikus yang direkayasa untuk mengembangkan gejala mirip Alzheimer. L10 memulihkan kadar tembaga normal di hipokampus (pusat memori otak), mengurangi peradangan saraf, dan meningkatkan memori spasial dalam tes labirin. L09 dan L11 memiliki efek yang lebih lemah.

Jalan ke Depan: Uji Klinis dan Potensi Dampaknya

Tim tersebut sekarang sedang mempersiapkan uji klinis pada manusia, yang akan menentukan apakah efektivitas senyawa tersebut dapat diterapkan pada pasien. Dengan perkiraan 55 juta orang di seluruh dunia hidup dengan penyakit Alzheimer, perbaikan sebagian saja bisa menjadi hal yang signifikan.

Cerchiaro menekankan bahwa senyawa ini “sederhana, aman, dan efektif,” dan berpotensi lebih terjangkau dibandingkan obat-obatan yang sudah ada. “Bahkan jika ini hanya berhasil pada sebagian pasien, mengingat banyaknya penyebab Alzheimer, ini masih merupakan langkah maju yang besar.”

Pengembangan senyawa ini mewakili jalan yang menjanjikan untuk pengobatan Alzheimer, meskipun penelitian lebih lanjut sangat penting untuk memastikan kemanjuran dan keamanannya pada manusia.