Pembakaran yang Direkomendasikan Meningkatkan Penyimpanan Karbon Hutan Jangka Panjang, Temuan Studi di Sierra Nevada

14

Setelah melakukan pemadaman kebakaran selama beberapa dekade, sebuah penelitian baru selama 20 tahun di pegunungan Sierra Nevada mengungkapkan bahwa pembakaran yang teratur dan terkendali tidak hanya mengurangi risiko kebakaran hutan—tetapi juga sebenarnya dapat meningkatkan kemampuan hutan untuk menyimpan karbon dalam jangka panjang. Temuan yang berlawanan dengan intuisi ini, yang diterbitkan dalam Ecological Applications, memiliki implikasi penting terhadap tujuan iklim dan strategi pengelolaan hutan California.

Paradoks Api dan Karbon

Selama bertahun-tahun, perdebatan mengenai pembakaran yang ditentukan berpusat pada emisi karbon langsung dari pembakaran tersebut. Pembakaran pohon melepaskan CO2, gas rumah kaca. Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa kebakaran terkendali yang berulang kali meningkatkan kesehatan dan produktivitas hutan jauh lebih besar daripada kerugian jangka pendeknya. Kuncinya adalah pembakaran yang teratur akan membantu menjaga pohon-pohon besar yang tahan api—pinus ponderosa dan pinus gula—sekaligus mencegah pertumbuhan berlebih spesies yang lebih kecil dan rawan kebakaran seperti pohon cedar dupa dan cemara putih.

“Kami menemukan bahwa, seiring berjalannya waktu, produktivitas tegakan yang tidak dikelola menurun akibat persaingan dan tekanan iklim,” jelas Yihong Zhu, penulis utama studi tersebut dari UC Berkeley. “Sementara itu, pembakaran yang ditentukan membantu menjaga pohon-pohon besar tersebut, yang pada akhirnya meningkatkan produktivitas hutan secara keseluruhan.”

Cara Kerja: Pergeseran Dinamika Hutan

Studi ini menelusuri plot-plot hutan yang diberi perlakuan berbeda—termasuk pembakaran yang ditentukan, penjarangan restorasi (menebang pohon-pohon kecil), dan tanpa intervensi (plot kontrol). Para peneliti dengan cermat mengukur penyimpanan karbon di seluruh komponen hutan—mulai dari batang pohon besar hingga daun pinus yang membusuk.

Hasilnya sangat mengejutkan. Meskipun plot kontrol pada awalnya menyimpan lebih banyak karbon, plot yang mengalami pembakaran berulang kali akhirnya mampu mengejar dan bahkan melampaui produktivitas bersihnya. Artinya, hutan mengeluarkan lebih banyak CO2 ke atmosfer daripada melepaskannya.

“Setelah kebakaran pertama, produktivitas lahan tersebut rendah,” kata John Battles, profesor dan penulis senior di UC Berkeley. “Tetapi pada luka bakar ketiga, polanya telah berubah.”

Tantangan Akuntansi

Mengukur dampak karbon dari setiap perlakuan merupakan upaya yang sangat besar. Para peneliti melacak setiap sumber karbon di hutan, memperhitungkan pertumbuhan, pembusukan, dan emisi. “Pekerjaan akuntansi yang sangat besar” ini, sebagaimana Battles menyebutnya, mengungkapkan adanya perubahan penting dalam dinamika hutan.

Pemadaman kebakaran telah menyebabkan tumbuhnya semak belukar yang lebat, sehingga menciptakan “tangga bahan bakar” yang memungkinkan kebakaran kecil dengan cepat meningkat menjadi kebakaran hutan yang membawa bencana. Pembakaran yang dianjurkan membalikkan proses ini, menipiskan tumbuhan bawah dan mendorong pertumbuhan pohon tahan api.

Menyeimbangkan Risiko Kebakaran dan Penyimpanan Karbon

Studi ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa menggabungkan pembakaran yang ditentukan dengan penjarangan mekanis adalah cara paling efektif untuk mengurangi bahaya kebakaran hutan. Namun, pendekatan tersebut juga memiliki biaya karbon yang paling tinggi. Temuan terbaru memberikan peta jalan untuk menyeimbangkan prioritas-prioritas yang bersaing ini.

Bagi masyarakat yang berada di dekat kawasan berpenghuni atau ekosistem sensitif seperti hutan sequoia raksasa, kombinasi pembakaran dan penjarangan mungkin diperlukan. Namun di kawasan hutan belantara yang lebih dalam, pembakaran yang ditentukan mungkin merupakan pilihan yang lebih baik untuk menjaga simpanan karbon sekaligus meningkatkan kesehatan hutan.

“Kita harus menyediakan perawatan ini,” Battles menekankan. “Beberapa pengobatan mungkin lebih baik daripada yang lain dalam situasi tertentu, tapi sekarang kami telah membuat trade-off secara eksplisit sehingga kami dapat memilih pendekatan yang tepat.”

Pada akhirnya, penelitian ini menggarisbawahi pentingnya pengelolaan hutan proaktif dalam menghadapi perubahan iklim. Pembakaran yang dianjurkan tidak hanya bertujuan untuk mencegah kebakaran hutan, namun juga memastikan bahwa hutan terus berperan sebagai penyerap karbon yang penting bagi generasi mendatang.